Aku tersenyum.
Itu caraku menghias luka.
Aku tertawa.
Itu
caraku untuk sembunyi.
Aku jadi seringkali berhasil membuat orang tertawa di
atas kesedihanku,
sebab kesenanganku dulu sudah banyak membuatnya sedih.
Bila
aku semakin lucu, itu karena ia semakin jauh. Mungkin ini karena banyak yang
membenci aku saat dulu ia di dekat aku.
Setiap hari aku harus mencicip
bayang-bayang yang pahit,
setiap hari aku harus mengenyangkan kepalaku dengan
itu.
Kekonyolanku adalah hal yang paling menyentuh,
aku akan menunggu semua
orang dapat memeluk aku yang tidak henti-hentinya bertingkah kocak,
sampai saat
aku tertawa sendiri, mereka amat terpukul.
Sementara saat-saat ini,
tawa mereka
hanyalah buah demi buah yang tumbuh dari caraku melarikan kepedihan. Bila ini
melemahkanku, mengapa tidak melelahkanku?
Zarry Hendrik ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar