Dear my “best friend”
Masih teringat jelas awal pertama kita kenal. Lucu emang, kita saling tak punya niat untuk berteman. Tapi setelah kenal, berteman sama dia ternyata menyenangkan.
Perkenalkan dia “A”. Dia SAHABAT TERBAIK YANG PERNAH ADA. Yang mungkin ga pernah dimilikin orang lain.
Dahulu, setiap ada permasalahan kami selalu memecahkan, membicarakan, dan menyelesaikannya berdua. Aku merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia setelah ku temui sahabat sepertinya.
Setiap aku mengeluh, selalu ada semangat dan motivasi darinya agar bisa bangkit lagi. Setiap aku bersedih, selalu ada hiburan dan pertolongan darinya agar tak ada tangisan lagi.
Memang, waktu tidak bisa diputar. Yang dulu ya dulu, yang sekarang ya sekarang. Kalau dulu aku terbiasa dikuatkan, sekarang aku harus bisa menguatkan diriku sendiri. “A” udah berubah. Memang karna kesalahan aku. Aku hanya ingin di perhatikan, aku hanya ingin dikuatkan. Dan aku hanya ingin dihargai. Karna emosi, semua pecah. Aku sadar aku yang salah.
Aku rindu, saat kami menertawakan hal yang sangat menggelikan. Atau menertawakan diri kami sendiri. Ingat saat kami dengan kompaknya ngerjain tugas berdua. Ingat saat semua masih baik-baik saja.
Aku rindu Kau panggil aku dengan sebutan Ndut padahal badan ku sangat kurus -_-
Dia seperti pahlawan yang terus menyalakan kobaran api yang menyala-nyala di jiwaku hingga kini. Berkatnya, aku tak lagi seperti orang yang tidak ada arah dan tujuan hidup.
Terkadang, hati ini lirih saat melihat orang-orang disekitarku masih berangkulan dengan sahabat yang mereka cintai. Sedihnya masih bisa dihapus menjadi senyuman, keluhannya masih bisa diubah menjadi semangat, dan hari-hari yang membosankan masih bisa diwarnai menjadi hari-hari yang sangat bermakna.
Aku rindu tertawa lepas nya, candaan yang buatku tertawa terpingkal-pingkal, motivasi darinya, ah semuanya, Di dalam hati, tak pernah lelah ku haturkan doaku pada Sang Pencipta. “Oh Tuhan, aku yakin ada hikmah dibalik ini semua. Jaga selalu sahabat tercinta ku disana, jangan sakiti dan buat ia sedih, Tuhan”
Aku sangat beruntung mempunyai sahabat sepertinya, aku juga sangat beruntung menjadi orang yang sangat dekat dengan kehidupannya. Hidupku lebih bermakna dari sebelumnya. Jika saja, Tuhan tak pernah mengenalkan ku padanya, mungkin aku sudah menjadi bagian dari orang-orang yang merugi.
“Maaf sahabat terbaik yang pernah ada seumur hidupku. Terima kasih. Berkat mu, aku menjadi orang yang mempunyai arah dan tujuan hidup. Tidak akan pernah aku lupakan semua tentang kita dan apapun yang pernah kita lalui. Akan ku ukir nama mu di tulisan ku, dan akan ku persembahkan penghargaan ini hanya untukmu. Impianmu sebagai entrepreneur semoga dapat tercapai ya. Salam sayang untukmu, Sahabat :’)”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar